Rabu, 11 Januari 2012

Keanekaragaman Hayati

KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman hayati atau Biological diversity merupakan istilah yang sering dikemukakan baik pada skala nasional maupun internasional dalam konteks pembahasan keragaman sumber daya alam hayati. Istilah ini menunjukan derajat keanekaragaman sumber daya alam hayati baik species, genetik, jumlah dan frekuensi maupun ekosistemnya pada suatu daerah tertentu. Istilah ragam hayati mencakup tiga tingkat pengertian berbeda yaitu :
1. Keanekaragaman Genetik.
2. Keanekaragaman Spesies dan
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ragam hayati meliputi seluruh spesies tumbuhan, binatang, organisme mikro dan gen – gen yang terkandung didalamnya serta seluruh ekosistem di muka bumi. Dalam Konferensi Keanekaragaman Hayati (1992) yang juga dituangkan dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1994 batasan keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut ” Biodiversity means the variability among living organism from all sources, including, inter media, terresterial, marine and other aquatic ecosystem and the ecologocal complexes of which they are part ; this includes diversity within spesies, between spesies and ecosystem ”
Keanekaragaman Genetik merupakan konsep keanekaragam gen dalam suatu jenis diukur dari variasi genetic ( unit – unit kimia atau sifat – sifat warisan yang dapat diturunkan dari suatu generasi ke generasi lainnya ) yang termasuk dalam gen – gen individu organisme dari suatu jenis, sub jenis, varietas atau keturunan. Sehubungan dengan konsep keanekaragaman genetic ini, dalam populasi suatu jenis organisme tidak ada satu individu pun yang penampilannya persis sama dengan individu lainnya.
Ini berarti bahwa tiap sifat yang diamati memiliki kisaran bentuk, ukuran dan warna, yang besar atau kecilnya ditentukan oleh sifat genetic tersebut. Kadang kadang penampilan individu – individu dalam jenis itu sedemikian berbedanya terutama apabila contoh yang dibandingkan berasal dari kelompok yang menempati daerah geografis yang berbeda. Perbedaan – perbedaan inilah yang mendasari pengelompokan – pengelompokan, individu – individu dalam satu jenis keadaan ekotipe, forma, varietas atau anak jenis. Selain sebaran geografis, penampilan yang berbeda dapat disebabkan oleh adanya system reproduksi antar kelompok individu yang berbeda.
Keanekaragaman spesies merupakan konsep keragaman mahluk hidup dimuka bumi yang yang diukur berdasarkan jumlah total spesies dimuka bumi (perkiraan yang pernah ditemukan bervariasi antara 5 juta hingga lebih dari 30 juta spesies tetapi hanya 1,4 juta spesies yang telah dideskripsikan) atau ditempat tertentu (Wilson, 1998 dalam Haryanto, 1995). Dalam pengukurannya, konsep keanekaragaman spesies tidak hanya merupakan fungsi dari jumlah spesies, tetapi juga fungsi dari kemerataan distribusi kelimpahan (evenness) dari spesies itu dalam komunitasnya (Haryanto, 1995). Secara umum terdapat kecenderungan bahwa semakin besar ukuran populasi suatu spesies di suatu habitat, makin tinggi derajat keanekaragaman genetiknya. Perlu diketahui bahwa peningkatan populasi dari satu atau beberapa spesies dapat menyebabkan penurunan populasi spesies lainnya, bahkan dapat menurunkan tingkat keanekaragaman spesies di habitat itu.
Untuk mempertahankan derajat keanekaragaman spesies maksimum dan keanekaragaman genetik optimum perlu dilakukan upaya yang dapat menjamin bahwa tidak ada spesies yang populasinya menurun hingga tingkat kritis minimum.
Keanekaragaman ekosistem berkaitan dengan keanekaragaman tipe habitat, komunitas biologis dan proses – proses ekologis dimana spesies terdapat didalamnya. Upaya konservasi spesies harus didukung dengan upaya konservasi ekosistem dimana spesies itu menjadi salah satu komponennya. Dari pengertian diatas spesies dan habitatnya merupakan focus dari konsep ragam hayati. Upaya mempertahankan keanekaragaman hayati pada dasarnya harus ditempuh melalui upaya konservasi spesies, termasuk pertimbangan genetik yang terkandung dalamnya, habitat dan proses – proses ekologis dimana spesies merupakan bagian yang tak terpisahkan. Dengan demikian konsep ragam baru, tetapi lebih menunjukan upaya mere-organisasi konsep – konsep yang telah ada berdasarkan atas pendekatan yang lebih bersifat holistic.
B.1. Pentingnya Keanekaragaman hayati.
Nilai Keanekaragaman Hayati bagi keberlangsungan kehidupan telah dideskripsikan pada berbagai sektor, manusia mendapatkan seluruh kebutuhan hidupnya tergantung kepada keragaman sumberdaya alam, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang masih liar, berupa sumber makanan, obat – obatan dan produk industri. Manfaat ragam hayati liar mencapai 4,5% dari GDP di Amerika Serikat pada Tahun 1970 an. Perikanan yang sebagian besar tergantung pada spesies liar memberikan sumbangan pada pangan dunia hampir 100 juta ton pada tahun 1989. Spesies liar merupakan kebutuhan hidup sehari – hari masyarakat dunia di berbagai belahan bumi.
Selain itu dalam bidang kesehatan nilai keragaman hayati sangat besar perannya bagi kesehatan manusia. Pada masa lampau hampir seluruh obat – obatan berasal dari tumbuhan dan binatang bahkan hingga kini obat – obatan tersebut masih sering digunakan. Obat tradisional merupakan basis utama pemeliharaan kesehatan bagi 80 % penduduk di negara – negara berkembang mencapai 3 milyar orang.
Di Indonesia, keanekaragaman hayati merupakan sumber daya vital bagi kelanjutan pembangunan nasional. Berbagai sektor pembangunan secara langsung maupun tidak langsung tergantung keanekaragaman ekosistem alam dan fungsi-fungsi lingkungan yang diperankan oleh ekosistem tersebut. Konservasi ragam hayati sangat penting artinya bagi pembangunan sektor kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, kesehatan, industri, rekreasi serta pengembangan ilmu pengetahuan.
Nilai dan manfaat keanekaragaman hayati yang bersifat tak nyata (intangible) bahkan tidak ternilai oleh perhitungan ekonomi, namun jelas memberikan kontribusi sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Manfaat ragam hayati dalam menjaga tata air, mencegah berbagai jenis bencana alam, mendaur ulang bahan pencemar dan mempertahankan kondisi iklim merupakan bukti nyata besarnya peranan ragam hayati bagi manusia di muka bumi.
Besarnya peranan ragam hayati bagi kelangsungan hidup manusia, serta bagi pembangunan memberikan alasan kuat mengapa konservasi ragam hayati harus dibebankan dengan upaya konservasi ragam hayati tradisional. Konservasi ragam hayati meliputi upaya defensif melindungi alam dari dampak pembangunan hingga upaya ofensif untuk mengintegrasikan kepentingan pemanfaatan dengan jaminan kelestarian jangka panjang. Dengan demikian, upaya konservasi ragam hayati tidak hanya meliputi spesies liar tetapi juga spesies budidaya dan spesies asalnya.
B.2. Prospek Keanekaragaman Hayati.
Ragam hayati merupakan sumber daya yang paling bernilai tetapi kurang mendapat perhatian yang semestinya. Potensinya sangat menakjubkan dari beberapa hasil penemuan spesies jagung liar (Zea Diploperinnis) di bagian Barat Tengah Jelisco, sebelah Selatan Guadalaraja oleh mahasiswa perguruan tinggi Meksiko pada Tahun 1970 an. Spesies baru ini sangat tahan terhadap penyakit dan paling unik diantara spesies jagung lainnya. Transfer jagung liar ke jagung budidaya (Zea Mays) telah meningkatkan produksi jagung dunia secara dramatis dan menghasilkan nilai miliyaran dollar. Jagung Jalisco ditemukan pada saat yang tepat, sebab spesies ini hanya tumbuh di areal yang luasnya tidak lebih dari 10 Ha di daerah pegunungan, suatu kondisi yang sangat rawan terhadap kepunahan.
Pada tahun 1970 an sejenis virus telah menyerang padi di India hingga Indonesia, tetapi masih cukup banyak spesies dan varietas padi yang tepat mengatasi masalah tersebut. IRRI mengindentifikasi 6.273 jenis padi yang secara potensial tahan terhadap serangan virus tersebut. Dari seluruh jenis tersebut hanya satu jenis yaitu Oryza nivara yang dikonsumsi oleh orang India dan baru diketahui pada tahun 1966, yang memiliki sifat genetik sesuai dengan yang diharapkan. Persilangan yang dilakukan dengan tanaman padi budidaya telah menciptakan padi yang resisten terhadap serangan virus tersebut dan kini tumbuh di 1.199 km² sawah di Asia. Ragam hayati telah terbukti memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pertanian.
Jagung Jelisco dan padi Oryza nivara merupakan salah satu temuan dari ribuan dan bahkan jutaan spesies ragam hayati yang belum diketahui manfaatnya hingga kini. Prospek yang sama untuk menemukan ragam hayati bagi kesejateraan manusia terbuka lebar. Harapan menemukan anti kangker hati, AIDS dan berbagai penyakit yang belum ditemukan obatnya terletak pada kemampuan manusia dalam mengeksplorasi sumber daya hayati dilingkungannya. Kondisi masa depan yang sulit diramalkan dan lemahnya taraf ilmu pengetahuan manusia terhadap nilai dan manfaat ragam hayati saat ini telah mengembangkan satu – satunya alternatif yang bijak dan rasional. Konservasi ragam hayati sebagai basis sumber daya masa depan, sehingga dapat dipelajari dan digali manfaatnya untuk kepentingan umat manusia. Rendahnya kesadaran manusia akan pentingnya nilai ragam hayati telah menyebabkan rendahnya apresiasi manusia terhadap sumber daya tersebut, sekaligus terdapatnya kecenderungan untuk meremehkan pengetahuan tradisional yang sesungguhnya digali berdasarkan pengalaman empiris. Gerakan dunia untuk menggali potensi pengetahuan tradisional dan eksplorasi nilai – nilai manfaat baru telah dimulai di beberapa negara.
Selain bahan obat – obatan, prospek ragam hayati juga sebagai bahan pangan yang sama pentingnya. Sangat sedikit spesies yang memiliki potensi ekonomi secara aktual dikenal di dunia. Barang kali 30.000 spesies tumbuhan memiliki bagian yang dapat dimakan, dan sepanjang sejarah kehidupan umat manusia hanya 7.000 jenis yang telah dibudidayakan atau dikoleksi sebagai bahan pangan. Dari seluruh tumbuhan yang telah dimanfaatkan tersebut 20 spesies memberikan sumbangan 90 % pangan dunia, dan hanya 3 spesies, gandum, jagung dan beras yang mensuplai kebutuhan pangan dunia lebih dari 50 %. Banyak jenis buah – buahan yang dapat dikembangkan sebagai komoditi ekonomi. Paling sedikit 3.000 spesies buah – buahan tropis ( 200 spesies secara aktual telah dimanfaatkan ) merupakan potensi ragam hayati yang menjanjikan devisa bagi negara – negara pemiliknya.
Pengembangan bioteknologi di berbagai bidang juga memberikan harapan bagi penemuan – penemuan baru ragam hayati, khususnya yang berasal dari organisme mikro. Mikorhiza sebagai proses interaksi ragam hayati secara nyata telah memberikan sumbangan besar bagi dunia pertanian dan kehutanan.
Pengendalian pencemaran air dan tanah, pengembangan obat – obatan serta pengembangan industri kimia dengan memanfaatkan organisme mikro merupakan bidang yang secara intensif mulai digarap di berbagai negara.
B.2. Tekanan
B.2. 1. Menurun atau Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Keberadaan flora dan fauna sebagai sumber daya alam dan sumber genetika di Kabupaten Bengkulu Utara dari waktu ke waktu semakin mendapat tekanan akibat dari berbagai kegiatan yang tidak mengerti dan paham akan manfaat Keanekaragaman Hayati bagi keberlanjutan kehidupan. Menurunnya populasi keanekaragaman hayati yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara antara lain karena adanya kegiatan perburuan satwa langka dan dilindungi dan eksploitasi berbagai jenis flora dan fauna, akan tetapi hasil kegiatan ini tidak terdata dan terdeteksi oleh petugas yang berwenang.
Untuk melestarikan sumber daya tersebut perlu diketahui secara jelas berbagai penyebab dan ancaman yang dapat mengganggu keberadaan sumber daya hayati, baik didarat, perairan tawar maupun dilautan.
Dari beberapa hasil pengamatan menunjukan bahwa ada beberapa penyebab yang mengakibatkan menurun dan hilangnya keanekaragaman hayati, seperti perburuan liar terhadap hewan Beruang, Siamang, Harimau, Gajah, Rusa, Kancil dan lain-lainya, disamping itu kurangnya daerah perlindungan, karena lahan dan hutan sudah banyak dibuka oleh masyarakat untuk perladangan dan perkebunan sawit dan karet atau yang lainnya, lemahnya penegakkan hukum, penyerobotan tanah dan perdagangan satwa liar.
B.2.2. Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar.
Perburuan liar yang berkedok membasmi hama pertanian dan ladang (babi) di Kabupaten Bengkulu Utara yang tidak jarang melibatkan oknum militer dan sipil telah menyebabkan berkurangnya beberapa jenis satwa, bahkan ada yang berstatus dilindungi seperti Harimau dan Badak ikut diburu karena dapat memberikan nilai ekonomis yang cukup tinggi, selain menurunnya populasi harimau karena diburu, perburuan babi juga memiliki peran besar terhadap menurunnya populasi harimau karena babi merupakan bagian rantai makanan harimau itu sendiri.
Pemanfaatan sebagai jenis satwa dan tumbuhan liar secara komersial, dalam satu dekade terakhir ini memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Kecenderungan ini yang terlihat di Kabupaten Bengkulu Utara adalah pemburuan terhadap jenis Rusa Sumatera oleh beberapa oknum yang mengatas namakan berburu babi telah ikut memacu terjadinya penurunan jumlah dan jenis Rusa. Aktivitas pemanfaatan secara komersial berbagai jenis satwa pada dasarnya dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu populasi jenis tersebut di alam.
B.2.3. Pertanian dan Perkebunan.
Aktivitas pertanian dalam bentuk perladangan berpindah didalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan dan permukaan lahan (land clearing) untuk persiapan perkebunan besar swasta maupun oleh rakyat menjadi salah satu penyebab utama hilangnya sumber daya hayati.
Di Kabupaten Bengkulu Utara sampai saat ini luas lahan perkebunan besar ± 151.003,83 Ha, luas tersebut belum termasuk kebun rakyat. Aktivitas perkebunan besar swasta yang mengkonversi hutan menjadi lahan perkebunan telah banyak menghilangkan beberapa macam tipe habitat satwa liar yang sekaligus telah memusnahkan berbagai macam jenis tumbuhan mulai dari perdu, semak sampai jenis pohon yang belum sempat diindentifikasi.
B.2.4. Kehutanan dan Penebangan Liar.
Ekosistem hutan sebagai basis habitat asli beberapa jenis keanekaragaman hayati fauna ( satwa ) dan merupakan tatanan dan central/pusat keragaman flora, memiliki nilai ekonomis bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejateraan masyarakat.
Pengelolaan dalam sepuluh tahun terakhir ini dengan sistem Tebang Pilih Tanaman Industri (TPTI), IPK dan bahkan sejak otonomi daerah ada suatu kebijakan Pemkab berupa pengelolaan hutan dengan sistem IPKTM ( izin Pemanfaatan Kayu Tanah Milik) diharapkan dapat menjadi solusi bagi pemanfaatan sumber daya hutan secara berkelanjutan dan lestari namun pada kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan, permasalahan yang sering muncul adalah aspek pelestarian sering di nomor duakan dan hampir semua kebijakan yang diambil dalam pengelolaan hutan lebih terfokus pada aspek ekonomi.
Penebangan liar hampir terjadi pada semua kawasan hutan, baik pada areal konservasi maupun diluarnya dan bahkan mencapai areal hutan lindung dan kawasan konservasi, pelakunya bermacam – macam mulai dari masyarakat yang berdampingan dengan hutan, pemegang izin, pemilik sawmill maupun oknum aparat Pemerintah. Pencurian kayu ini bahkan cenderung pada kawasan konservasi karena kawasan ini memiliki nilai kayu yang lebih baik dari areal lainya.
Disamping aktivitas di atas yang menyebabkan hilangnya keragaman hayati dan habitatnya adalah bencana kebakaran hutan dan lahan dari aktivitas pembukaan lahan perladangan dan perkebunan karena land clearing dengan sistem bakar jauh lebih murah dan sederhana.




Strategi Melestarikan Keanekaragaman Hayati.
Pelestarian keanekaragaman hayati memerlukan pemahaman tentang pentingnya arti sumber daya plasma nutfah bagi kehidupan serta pembangunan yang berkelanjutan. Strategi utama pelestarian keanekaragaman hayati adalah bagaimana menjaga keanekaragan jenis tumbuhan dan satwa beserta habitatnya agar tidak rusak dan punah. Upaya ini dapat dilakukan pada kawasan konservasi maupun diluarnya.
Konservasi didalam kawasan dilakukan untuk melindungi habitat asli dan utama melalui penerapan dalam bentuk kawasan suaka alam, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, taman buru dll. Perlindungan keanekaragaman hayati diluar kawasan ditunjuk untuk mendorong dan mengembangkan konservasi flora dan fauna diluar habitat asli misalnya dengan membuat kebun binatang, aboretum, taman hutan raya, taman safari dan upaya penangkaran. Selain itu untuk mengawetkan keanekaragaman hayati di Kabupaten Bengkulu Utara perlu dilakukan langkah – langkah kongkrit seperti :
1. Penetapan dan penegasan kawasn – kawasan konservasi agar jelas batas dan status hukumnya.
2. Optimilisasi kinerja instansi berwenang ( Balai Konservasi Sumber Daya Alam ) dalam pelestarian Sumber Daya Alam Hayati.
3. Sosialisasi pada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian keanekaragaman hayati dan penyampaian informasi tentang status flora dan fauna yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara.
4. Perlu adanya pengaturan dan pengawasan serta penegakan hukum dalam pemanfaatan flora dan fauna terlebih untuk statusnya dilindungi.
5. Penegakan hukum secara tegas bagi para pelanggar, yang dengan sengaja melakukan perburuan dan pengambilan flora dan fauna khususnya yang dilindungi.

http://blhbu.net/index.php?option=com_content&view=article&id=27%3Akeanekaragaman-hayaticatid=10&Itemid=18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar